Friday, August 14, 2015

Ilmu Kereta Api - Jenis dan kode susunan roda pada Lokomotif

Setelah kemarin membahas mengenai layanan KA di Indonesia, yuk kita bahas soal kereta secara umum yaitu mengenai tata cara pengkodean sususan roda pada lokomotif. bagaimana sih kode susunan roda pada lokomotif menurut standar yang berlaku ? yuk kita bahas

Klasifikasi umum Susunan Roda Lokomotif
Pada kendaraan rel khususnya Lokomotif, terdapat suatu susunan roda ( Wheel Arrangment ) yang diklasifikasikan berdasarkan bagaimana distribusi roda-roda tersebut di bawah lokomotif. Beberapa di bedakan menurut tipe, posisi dan koneksi dan kemudian dipakai di beberapa negara serta pada berbagai jenis lokomotif yaitu lokomotif uap, listrik maupun diesel. Terdapat 3 klasifikasi susunan roda yang dipakai secara umum di dunia yaitu AAR Wheel Arrangement, UIC Classification dan Whyte Notation.

1. AAR Wheel Arrangement
Merupakan Sistem klasifikasi yang dibuat oleh Asosiasi Perkereta-Apian Amerika atau Association of American Railroads ( AAR ). Klasifikasi ini digunakan luas di Amerika Utara yaitu untuk lokomotif diesel dan listrik, namun tidak untuk lokomotif uap.
Sistem AAR menghitung jumlah poros roda bukan jumlah keping rodanya. Untuk pengkodeannya digunakan kombinasi huruf dan angka yang menentukan jumlah poros serta jenis porosnya apakah poros penggerak ( yang terhubung dengan motor traksi atau gear box ) atau poros idle / tak berpenggerak.
Metode klasifikasinya AAR :
  • Poros penggerak diberikan huruf kapital yang menyatakan jumlah berdasarkan urutan abjad, yaitu "A" untuk 1 poros penggerak, "B" untuk 2 poros penggerak, "C" untuk 3 poros penggerak dan seterusnya.
  • Poros tak berpenggerak diberikan kode angka yang menyatakan jumlah, yaitu "1" untuk 1 roda tak berpenggerak, "2" untuk 2 roda tak berpenggerak, dan seterusnya.
  • Tanda "-" digunakan untuk menandakan roda-roda terletak pada bogie yang berbeda.
  • Tanda "+" digunakan jika menggunakan artikulasi.

Contoh Susunan Roda berdasarkan AAR Wheel Arrangement :
  • A1A-A1A : Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 1 poros berpenggerak - 1 poros tak berpenggerak - 1 poros berpenggerak.  Susunan ini umumnya dipakai untuk mendistribusikan berat kereta sehingga dapat  mengurangi tekanan gandar lokomotif.
  • B-B : Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 2 poros berpenggerak. umumnya digunakan pada lokomotif dengan kecepatan tinggi namun untuk angkutan ringan.
  • C-C : Berarti ada 2 bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 3 poros berpenggerak. Tipe ini banyak di gunakan pada lokomotif beban dan banyak digunakan di berbagai negara termasuk di Indonesia.
 Gambar 1. Lokomotif EMD GP60 yang termasuk tipe B-B



2. UIC Classification
Merupakan sistem klasifikasi susunan roda pada lokomotof yang dibuat oleh Persatuan Kereta Api Internasional atau International Union of Railways ( UIC / Union Internationale des Chemins de fer ). Selain menetukan standar klasifikasi roda lokomotif, UIC juga membuat untuk KRD/KRL serta Tram. Sama seperti AAR, Klasifikasi UIC merujuk pada jumlah poros , berpenggerak atau tidak serta konfigurasinya seperti apa.
Metode Klasifikasi UIC :
  • Jumlah poros di nyatakan secara berurutan dengan huruf Kapital dalam urutan abjad, mulai dari "A" yang berarti poros tunggal, "B" berarti 2 pasang poros, "C" berarti 3 poros roda berurutan dan seterusnya.
  • Poros tak berpenggerak di nyatakan dalam jumlah berurutan mulai dari angka 1 untuk poros tunggal.
  • Huruf kecil bawah ( Lower-case ) "o" menyatakan poros yang digerakan secara individual oleh motor traksi
  • Tanda kutip (') menyatakan poros terpasang dalam satu bogie
  • Tanda tambah (+) menyatakan lokomotif yang teridiri dari rangkaian yang disambung namun secara mekanik merupakan unit terpisah
  • Tanda kurung menyatakan grup huruf dan angka yang menyimbolkan konfigurasi poros dalam satu bogie.

Contoh susunan roda menurut UIC Classification :
  • (A1A)(A1A) : Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 1 poros berpenggerak - 1 poros tak berpenggerak - 1 poros berpenggerak.
  • BB : Berarti ada empat roda berpenggerak pada lokomotif, digerakan secara berpasangan, Setiap pasang tersambung dengan batang penghubung
  • B'B' : Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 2 poros berpenggerak yang tersambung dengan batang penghubung.
  • Bo'Bo' : Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 2 poros berpenggerak yang digerakan secara terpisah masing-masing oleh motor traksi.
  • Co'Co': Berarti ada dua bogie pada lokomotif. Setiap bogie terdiri dari 3 poros berpenggerak yang digerakan secara terpisah masing-masing oleh motor traksi.
Gambar 2. Lokomotif GE C40-8 ( Dash 8-40 ) yang termasuk tipe Co'Co'



3. Bilangan Whyte ( Whyte Notation )
Merupakan sistem klasifikasi susunan roda yang ditujukan khususnya untuk lokomotif uap yang dikembangkan oleh Frederick Methvan Whyte dan digunakan luas pada awal abad 20. Berbeda dengan klasifikasi AAR dan UIC, Bilangan Whyte bukan menghitung jumlah poros namun menghitung jumlah keping roda pada terpasang pada lokomotif. Konfigurasi menghitung jumlah roda pendahulu ( Leading Wheels ), Roda Penggerak ( Driving Wheels ) dan Roda Pengikut ( Trailing Wheel )
Metode Klasifikasi Bilangan Whyte :
  • Jumlah keping roda dinyatakan dalam angka
  • urutan penulisan adalah jumlah leading wheels kemudian jumlah Driving Wheels dan terakhir adalah jumlah Trailing Wheels
  • Jika tidak ada Leading Wheels atau Trailing Wheels maka tetap ditulis dengan angka 0.
  • Antar kelompok roda dihubungkan dengan tanda "-"
  • untuk Lokomotif Artikulasi tipe Garrat ditambahkan tanda "+" diantara susunan roda pada tiap mesin.
  • Untuk lokomotif Artikulasi tipe Mallet maka kelompok Driving Wheels bisa disebut dua kali
  • Terdapat tambahan huruf yaitu untuk menyatakan Tanki dengan huruf "T", Rack dengan huruf "R", lokomotif Fireless disimbolkan dengan huruf "F"

Contoh susunan roda menurut Bilangan Whyte :
  • 4-6-2 : Berarti lokomotif mempunyai 2 poros ( 4 keping roda ) Leading Wheels kemudian 3 poros ( 6 keping roda ) Driving Wheels dan 1 poros ( 2 keping roda ) Trailing Wheels.
  • 4-6-2+2-6-4 : Berarti merupakan lokomotif tipe Garrat yang terdiri dari 2 mesin yang tiap mesinnya mempunyai susunan 2 poros Leading Wheels, 3 poros Driving Wheels dan 1 poros Trailing Wheels.
  • 4-8-8-4 : Berarti merupakan Lokomotif tipe Mallet yang mempunyai 2 poros Leading Wheels, 2 kelompok driving wheels yang terdiri dari 4 poros dan kemudian 2 poros trailing wheels. 4-8-8-4 merupakan lokomotif yang dikenal sebagai Bigboy di Amerika Serikat.
Gambar 3. Lokomotif  Union Pacific "Bigboy" dengan susunan roda 4-8-8-4
( sumber : http://www.steamlocomotive.com/bigboy/4019b.jpg )



Klasifikasi Susunan Roda Lokomotif di Indonesia
Di Indonesia susunan roda lokomotif akan ikut menentukan penggolongan kelas. Lokomotif di Indonesia di bedakan menurut susunan roda serta jenis transmisinya kemudian urutan serinya. 2 Huruf di kelas lokomotif Indonesia menunjukkan susunan rodanya. Sistem pengkodeannya hampir sama dengan AAR namun hanya menghitung roda penggeraknya saja.

Contoh susunan roda berdasarkan kelas lokomotif di Indonesia :
  • CC : Lokomotif dengan 6 poros dengan 2 bogie yang masing-masing ada 3 poros roda berpenggerak
  • BB : Lokomotif dengan 4 poros dengan 2 bogie yang masing-masing ada 2 poros roda berpenggerak atau Lokomotif dengan 6 poros dengan 2 bogie namun ada 1 poros roda tak berpenggerak dan 2 poros roda berpenggerak ( A1A-A1A )
Gambar 4. Lokomotif Indonesia kelas BB203, mempunyai 6 poros dengan susunan A1A-A1A menurut AAR
 
 

Gambar 5. Beberapa contoh perbandingan susunan roda lokomotif menurut klasifikasi AAR, UIC dan kelas loko Indonesia

Naah..sekarang teman-teman udah tahu kan, apa saja dan bagaimana klasifikasi susunan roda atau Wheel Arrangement pada lokomotif. Mau tau lagi ilmu-ilmu kereta api dan railfans yang lainnya...tunggu terus update blog ini yaaa ..
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment